Sabtu, 13 Juni 2020

Makalah Kerajaan Turki Usmani

KERAJAAN TURKI USMANI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu Zainul Arifin, M.S.I.
 
Disusun Oleh :
Joko Purnomo (117106)
Wahibul Minan (117121)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI
KELAS F JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
2018 


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat ridho dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Turki Usmani” tanpa ada suatu halangan.
Sholawat dan salam senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nanti-nantikan syafaatnya di hari akhir.
Dalam penyusunan makalah ini banyak bantuan yang penulis terim. Oleh karena itu, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Orang Tua yang selalu memberi doa dan restu.
2. Bapak Zaenul Arifin selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
3. Semua pihak yang terkait dalam penulisan makalah ini.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan, mendapat balasan dari Allah SWT. Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran masih penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua orang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Pati,  4 Mei 2018

Penulis  


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I  PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan penulisan .................................................................................. 1
BAB 11 PEMBAHASAN
1. Sejarah berdirinya kerajaan turki usmani ............................................. 2
2. Sistem politik turki usmani ................................................................... 3
3. Kemunduran turki usmani .................................................................... 5
4. Sumbangsih turki usmani dalam peradaban isalam ............................. 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan  .............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 12






BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setelah khalifah Abbasiyyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara mongol, kekuatan politik islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaanna tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lainbahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban isalam banyak yang hancur akibat serangan sebangsa mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai disutu. Timur Lenk, sebagaimana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, antara lain : Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani disamping yang pertama berdiri,juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding yang lainnya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana  sejarah berdirinya kerajaan Turki Usmani ?
2. Bagaimana sistem politik turki usmani ?
3. Bagaimana kemunduran turki usmani ?
4. Bagaimana sumbangsih turki usmani dalam peradaban islam ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya turki usmani.
2. Untuk mengetahui sistem politik turki usmani.
3. Untuk mengetahui kemunduran turki usmani.
4. Untuk mengetahui sumbangsih turki usmani terhadap peradaban islam.
 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah berdirinya kerajaan Turki Usmani
Kerajaan Usmani merupakan kerajaan pertama kali, setelah hancurnya dinasti Abbasiyyah. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol dan daerah utara negeri Cina.dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan, kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Dibawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke 13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka di Turki Saljuk yang ada di dataran Asia Kecil.  Disana, mereka dibawah pimpinan Ertoghrol mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, dan kemudian Ertoghrol di berikan wilayah oleh Sultan Alauddin II untuk bercocok tanam dan berternak. Ketika melakukan perjalanan ke wilayah yang di berikan oleh Sultan Alauddin II , Ertoghrol melihat dua pasukan yang sedang berperang yaitu antara Sultan Saljuk yang sebangsa dan seagama orang-orang bangsa Turki dengan  bangsa Romawi (Byzantium). Karena jumlah pasukan dari Sultan Saljuk yang sedikit, maka Ertoghrol beserta pasukannya membantu mereka. Sehingga pada peperangan itu Sultan Saljuk mendapatkan kemenangannya. Atas kemenangan itu Sultan Saljuk memberikan hadiah kepada Ertoghrol yaitu sebuah wilayah yang ada di perbatasan Byzantium. Dengan senang hati Ertoghrol menerima hadiah itu sehingga Dia bisa memperluas wilayahnya, dan menjadikan kota Syukud sebagai Ibu kota.

Ertoghrol akhirnya meninggal dunia pada tahun 1289 M. Kepemimpinan Ertoghrol dilanjutkan oleh putranya, yaitu Usman. Dan putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 – 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak bekerja sama dengan Sultan Aluddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Byzantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Sultan Saljuk dan Sultan Alauddin II akhirnya terbunuh dalam peperangan tersebut. Kemudian kerajaan Sultan Saljuk ini terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Dan Usman pun menyatakan kemerdekaan terhadap bangsa Mongol dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya, termasuk Kerajaan Sultan Saljuk yang terjadi kekosongan pemimpin karena meninggalnya Sultan Alauddin II. Sejak itulah, kerajaan Turki Usmani dinyatakan Berdiri. Dan pemimpin pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Usman I. 

B. Sistem politik kerajaan Turki Usmani

1. Sultan Turki Usmani.

            Pada mulanya raja-raja turki usmani bergelar sultan. Sejak sultan salim I dapat menaklukkan kerajaan mamaluk di mesir pada tahun 1517 M dan berhasil membawa tahta kekahlifaan ke turki, maka sejak itu sultan salim memakai gelar kahlifah disamping gelar sultan yang dimilikinya. Semenjak itu raja-raja turki usmani bergelar sultan dan khalifah sekaligus. Mereka mendapat kekuasaan secara turun temurun, akan tetapi tidak harus putra pertama yang menjadi pengganti terlebih dahulu. Bahkan bisa juga putra pertamanya, keduanya atau selanjutnya. Dalam perkembangan selanjutnya pergantian kekuasaan itu juga di serahkan kepada saudara sultan bukan pada anaknya. Sejak masa usman hingga sulaiman yang agung dapat dikatakan bahwa sultannya sendiri dari orang-orang kuat, dan dapat mengembangkan kerajaanya hingga ke eropa dan afrika. Dimasa itulah turki mencapai puncak kejayaannya. 

2. Kekuasaan sultan 

Para umumnya para sultan usmani berkuasa secara mutlak (absolut) diktaktor. Bentuk bentuk kediktaronnya dan sewenang-sewenangnya mereka dapat di lihat dari awal masa pemerintahan seorang sultan. Pada awal masa pemerintahannya seringkali diwarnai dengan pembunuhan terhadap saudarnya-saudarnya karena di kahawatirkan mungkin mereka  memberontak karena aturannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya.
            Dari sekian banyak tindakan keji dan biadab yang dilakukan para sultan usmani adalah adanya undang-undang yang membenarkan seorang sultan membunuh saudara-saudaranya sendiri dengan alasan stabilitas keamanan.
            Firman allah dan mengingatkan akan besar dosanya bagi melakukan pembunuhan. Sejak itu berakhirlah tragedi pembunuhan di antara keluraga istana setelah berjalan sekian lama dan sejak saat itu, dikawalah putra mahkota  secara ketat.

3. Para pembantu sultan

Dalam menjalankan roda pemerintahan di bidang duniawi sultan dibantu oleh sahd al-‘adham , sedangkan dalam bidang keagamaan sultan dibantu  syaik al-islam. Untuk dapat menduduki kursi shadr al-adham, seorang calon di tuntut harus memberikan sekian banyak hadiah, sebagai sogokan kepada sultan dan harus bersedia memenuhi segala permintaan sultan dan keluarganya. Untuk menjadi gubernur, dia harus memberikan hadiah yang banyak kepada shadr al-‘adham. 
 
C. Kemunduran Turki Usmani

Setelah Sultan Sulaiman Qanun wafat (1566 M), terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduran. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan ang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Kerajaan ini masih dipandang kuat pada beberapa abad setelah wafatnya Sultan Sulaiman, terutama di bidang militer. Sultan Sulaiman Al-Qanuni digantikan oleh Sultan Salim II (1566-1573 M).
Di masa pemerintahan Sultan Salim II, terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan Turki usmani dengan armada lau Kristen yang terdiri dari angkatan lau Spanyol, Bandukia, Sri Paus dan sebagian kapal para pendeta Malta yang di pimpin oleh Don Juan dari Spanyol.  Peperangan ini terjadi di Liponto Yunani, dan Kerajaan Turki usmani mengalami kekalahan dan mengakibatkan Tunisia jatuh ke tangan musuh. Tetapi Tunisia dapat direbut kembali setelah Sultan berikutnya, yaitu Sultan Murad II (1575).
Sultan Murad II adalah orang yang berkepribadian jelek, walaupun berkepribadian yang jelek dan suka memperturutkan hawa nafsunya, kerajaan Usmani pada masanya berhasil menyerbu Kaukasus dan menguasai Tiflis di laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tabriz, ibu kota safawi, menundukan georgia, mencampuri negeri Polandia dan mengalahkan Gubernur Bostnia pada tahun 1593 M. Namun kehidupan moral Sultan yang jelek menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri. Dalam situasi ini, austria berhasil memukul kerajaan Turki Usmani meskipun sultan Ahmad I (1603-1617), pengganti Muhammad III, sempat bangkit untuk memperbaiki situasi dalam negeri, tetapi kejaaan Turki Usmani dimata Eropa sudah memudar. Setelah Sultan Ahmad I, situasi mulai memburuk dengan naiknya Mustafa I. Karena gejolak politik dalam negeri tidak bisa diatasinya, Syaikh Al-Islam, mengeluarkan fatwa agar Ia turun dari tahta dan di ganti oleh Usman II. Dan Usman II juga gagal mengatasi keadaan dalam negeri. Dalam situasi ini Persia bangkit mengadakan perlawanan merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Turki Usmani sendiri tidak mampu berbuat banyak dan terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut. Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh Sultan Murad IV (1623-1640). Pertama-tama Ia mencoba menyusun dan menertibkan pemerintahan. Situasi politik yang mulai membaik ini kembali merosot pada masa pemerintahan Ibrahim(1640-1648), karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masa ini,orang-orang Venetia melakukan peperangan laut melawan dan berhasil mengusir orang-orang Turki Usmani dari Cyprus dan Creta pada tahun 1645 M. Kekalahan itu berhasil membuat Muhammad Koprulu pada kedudukan sebagai wazir atau perdana menteri yang di beri kekuasaan absolut. Dia berhasil mengembalikan stabilitas dan mengkonsolidasikan stabilitas keuangan negara. Setelah Koprulu meninggal, dia di gantikan oleh putranya, yaitu Ibrahim. Ibrahim menyangka bahwa kekuatan militernya telah kembali, untuk itu Dia menyerbu Hongaria dan mengancam Vienna. Namun, perhitungan Ibrahim meleset, akhirnya Ia kalah dalam pertempuran itu secara berturut-turut. Pada masa selanjutnyawilayah Turki Usmani  yang sangat luas itu sedikit demi sedikit terlepas dari kekuasaanya, direbut oleh negara-negara Eropa yang mulai bangkit.

D. Sumbangsih Turki Usmani dalam Peradaban Islam

Kemajuan dan perkembangan Ekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya sebagai berikut :
1. Dibidang militer dan Pemerintahan
Para pemimpin kerajaan Turki Usmani pada masa-masa pertama, adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas.
Untuk pertama kalinya, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taaktik, dan strategi tempur militer kerajaan Turki Usmani berlangsung tanpa ada halangan berarti. Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer yang besar ini dilanda kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Mereka merasa dirinya sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi, keadaan tersebut segera diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer. 
Pembaruan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya dalam bentuk mutasi personel-personel pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasanan Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentukna kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari dan Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri non-Muslim. 
Tentara angkatan Laut pun juga dibenahi, karena ia mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan Ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke 16, angkatalaut Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer Turki Usmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas, baik asia, Afrika dan Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan dilapangan kemiliteran ini ialah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan.  Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyangna di Asia Tengah.
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas, sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi. Dibantu oleh perdana menteri ( Shadr al-a’zham), yang membawahi Pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Dibawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-‘alawiyah (bupati). 
Untuk mengatur pemerintahan negara, dimasa Sultan Sulaiman I, disusun sebuah kitab undang-undang (Qanun). Kitab ini diberi nama  Multaqa al-Abhur, kitab ini digunakan sebagai pegangan hukum bagi Kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad 19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, dijunjung namanya di tambah gelar al-Qanun. 
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya adalah kebudaaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tat krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keilmuwan, dan huruf mereka terima dari bangsa Arab.  Orang orang Turki Usmani memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena mereka adalah orang nomad yang hidup di dataran Asia Tengah. 
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan dlam bidang militer saja, untuk ilmu pengetahuan, mereka kelihatan kurang menonjol. Karena itulah, di dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani. Namun, demikian mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi atau masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub Al-anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satu Masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah masjid yang aslanya Gereja Aya Sopia. Hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup gambar-gambar kristiani yang ada sebelumnya.
3. Bidang Keagamaan
Agama adalah tradisi masyarakat Turki, mempunai peranan besar dalam sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga, fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat, Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan tidak bisa berjalan.  
Dalam kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir, dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan ang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham (mazhab) keagamaan dan menekan mazhab lainnya. Akibat kelesuan dibidang ilmu keagamaan, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk Syarah  (penjelasan) dan Hasiyyah (semacam catatan) terhadap karya-karya masa klasik.
Bagaimanapun, kerajaan Turki Usmani banyak berjasa , terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam ke benua Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk pertama kalinya lebih banyak menuju ke arah Eropa timur yang sebelumnya belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama Islam. Akan tetapi, karena dalam bidang peradaban dan kebudayaan (selain yang bersifat fisik), perkembangannya jauh berada di bawah kemajuan politik, maka bukan saja negeri-negeri yang sudah ditaklukan akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, tapi juga masyarakatnya tidak banyak yang memeluk agama islam.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh Usman, putra dari Ertoghrol. Berawal dari pengungsian ke Kerajaan Saljuk dan kemudian menguasai kerajaan Saljuk, karena terjadi kekosongan pimpinan di kerajaan Saljuk, maka pada saat itu kerajaan Saljuk di pimpin oleh Usman dan memerdekakan dari penjajahan bangsa mongol.
Sultan adalah pemimpin yang paling tertinggi,  dan di bantu oleh perdana menteri, gubernur, bupati. Sultan hampir rata-rata di gantikan oleh Putra mahkotanya tetapi ada juga yang di gantikan dengan saudaranya.
Kemunduran Kerajaan Turki Usmani terjadi setelah Sultan Sulaiman I wafat, semenjak itu kerajaan mulai mengalami kemunduran secara perlahan-lahan. Karena tidak ada lagi sosok pemimpin yang hebat di dalam kerajaan Turki Usmani.
Sumbangsih Kerajaan Turki Usmani banyak terjadi di dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan, dalam bidang lainnya tidak begitu terlihat peranannya dalam sejarah peradaban Islam



Dastar Pustaka

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005)
Https://sejarahkerajaanturkiusmani.blogspot.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pejuang Halal

         Jika niat baik ku sejalan dengan kehendak  Tuhan, maka kamu adalah anugerah yang perlu aku syukuri untuk menyempurnakan separuh aga...